Pagar Nusa lahir sebagai
bentuk keprihatinan para Kyai, ulama, pendekar serta tokoh-tokoh pencak silat
terhadap pergeseran nilai pencak silat di dunia pesantren. “Pesantren kuno itu
sekaligus padepokan silat,” kata Gus Maksum.
Gus Maksum Jauhari atau
Mbah Maksum memang selalu identik dengan dunia persilatan, terutama “PAGAR
NUSA” . Pagar Nusa merupakan Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama hasil
musyawarah para Kyai, ulama, pendekar serta tokoh-tokoh pencak silat NU pada
tanggal 12 Muharram 1406 H di PP.Tebuireng Jombang dan pada musyawarah kedua
tanggal 3 Januari 1986 di pondok pesantren Lirboyo ditetapkan sebagai wadah
para pesilat NU sekaligus mengukuhkan Mbah Ma’sum sebagai ketuanya.
Mbah Maksum lahir di
Kanigoro, Kras, Kediri, pada tanggal 8 Agustus 1944, salah seorang cucu pendiri
Pondok Pesantren Lirboyo KH Manaf Abdul Karim. Semasa kecil ia belajar kepada
orang tuanya KH Abdullah Jauhari di Kanigoro. Ia menempuh pendidikan di SD
Kanigoro (1957) lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak
sampai tamat. Selebihnya, ia lebih senang mengembara ke berbagai daerah untuk
berguru ilmu silat, tenaga dalam, pengobatan dan kejadukan Sebagai seorang
kiai, Mbah Maksum berprilaku nyeleneh menurut adat kebiasaan orang pesantren.
Penampilannya nyentrik. Dia berambut gondrong, jengot dan kumis lebat, kain
sarungnya hampir mendekati lutut, selalu memakai bakiak. Lalu, seperti
kebiasaan orang-orang “nyleneh” di pesantren, Mbah Maksum tidak pernah makan
nasi alias ngerowot. Uniknya lagi, dia suka memelihara binatang yang tidak
umum. Hingga masa tuanya Mbah Maksum masih memelihara beberapa jenis binatang
seperti berbagai jenis ular dan unggas, buaya, kera, orangutan dan sejenisnya.
Dikalangan masyarakat
umum, Mbah Maksum dikenal sebagai orang yang pemberani dan rendah hati.
Kerendahan hati Mbah Maksum dirasakan sendiri oleh penulis, saat penulis, adik
penulis serta beberapa pesilat Pagar Nusa Unisma datang untuk sillaturahmi
sekaligus hendak turun di ajang pencak Dor PP Lirboyo. Mbah Maksum dengan
rendah hati mempersilakan rombongan kami untuk masuk, makan bersama dan
memberikan nasehat-nasehat yang tidak terkesan “menggurui’. Kesan kerendahan
hati Mbah Maksum ini semakin dalam di hati kami, manakala Mbah Maksum
mengetahui bahwa adik penulis adalah warga tingkat I PSHT Madiun. Tidak ada
perbedaan sikap Mbah Maksum ke adik penulis. Bahkan Mbah Maksum menyampaikan 4
hal kepada kami semua, yakni pentingnya persatuan diantara sesama pesilat
Nusantara. Kedua, ajang pencak Dor adalah ajang kejujuran, artinya di atas
panggung tidak melihat aliran namun yang dilihat adalah kemampuan dari individu
pesilat itu sendiri. Ketiga, ajang pencak Dor dan budaya pencak Silat harus
senantiasa dilestarikan sebagai wadah pembinaan mental bangsa. Selanjutnya
pesan terakhir dari Mbah Maksum adalah para pesilat harus memiliki jiwa ksatria
dan senantiasa berbakti kepada agama, nusa dan bangsa.
Keberanian dan kharisma
Mbah Maksum tersebut seharusnya membangkitkan semangat pengembangan ilmu
kanuragan dan pencak silat di pesantren maupun masyarakat, baik melalui wadah
Pagar Nusa atau pun yang lain. Sebagai jenderal utama “pagar NU dan pagar
bangsa” Mbah Maksum selalu sejalur dengan garis politik Nahdlatul Ulama, dia
tak pernah terlibat politik praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi. Saat
kondisi politik memaksa warga NU berkonfrontasi dengan PKI, Mbah Maksum menjadi
komandan penumpasan PKI beserta antek-anteknya di wilayah Jawa Timur, terutama
karesidenan Kediri. Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU
mendeklarasikan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang
menggetarkan podium. Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan
legislatif ataupun eksekutif. Pendekar ya pendekar! Mbah Maksum wafat di
Kanigoro pada 21 Januari 2003 lalu dan dimakamkan di pemakaman keluarga
Pesantren Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa.
Matur Nuwun Mbah Maksum,
semoga semangatnya dapat ditiru oleh seluruh pesilat Nahdlatul Ulama yang ada
dimana saja dan di “wadah ” apa pun. (dikutip oleh Rukma dari berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar